CLOUD
COMPUTING
I.
Sejarah
Penyimpanan Data (Storage)
Perangkat penyimpanan data jaman dulu
belumlah sepraktis sekarang. Jika kita sekarang sudah menggunakan teknologi SSD
atau Cloud sebagai tempat penyimpanan data, pada tahun 1800an digunakanlah Punch Card sebagai pengganti memory card komputer.
Bentuk
Punch Card ini mirip seperti kartu yang memiliki pola titik di atasnya. Jika
dimasukkan ke dalam sebuah mesin pembaca Punch Card, maka komputer tersebut
akan mengeksekusi proses yang terdapat dalam pola kartu tersebut. Punch Card
ini juga digunakan oleh Herman Hollerit untuk menyelesaikan sensus penduduk
1890 dalam waktu satu tahun, di mana sensus penduduk 1880 silam membutuhkan
waktu 8 tahun untuk dapat selesai.
Perkembangan digital storage selanjutnya dimulai pada tahun 1940an,
di mana William Tube pertama kali dikenalkan dengan kapasitas memori sebesar
0,0625 Kilobyte saja. Tentunya, masih sangatlah kecil ukurannya jika
dibandingkan dengan perangkat penyimpanan data jaman sekarang yang sudah
mencapai lebih dari 1 Terabyte.
Dalam
waktu lebih dari 50 tahun sejak pertama kali William Tube ini diperkenalkan,
perkembangan digital
storage semakin pesat dan maju seperti yang sudah dapat kita
nikmati saat ini. Pengguna komputer tak perlu lagi takut akan perangkat
penyimpanan data yang terlalu besar ukuran fisiknya maupun terlalu kecil untuk
dapat memuat semua data yang dibutuhkan, karena perangkat penyimpanan data di
jaman modern saat ini sudah dapat memenuhi kebutuhan para pengguna komputer.
Cloud computing adalah hasil dari evolusi
bertahap di mana sebelumnya terjadi fenomena grid computing, virtualisasi,
application service provision (ASP) dan Software as a Service (SaaS). Konsep
penyatuan computing resources melalui jaringan global sendiri dimulai pada
tahun ‘60-an. Saat itu muncul “Intergalactic computer network” oleh J.C.R.
Licklider, yang bertanggung jawab atas pembangunan ARPANET (Advanced Research
Projects Agency Network) di tahun 1969. Beliau memiliki sebuah cita-cita di
mana setiap manusia di dunia ini dapat terhubung dan bisa mengakses program dan
data dari situs manapun, di manapun. Menurut Margaret Lewis, Direktur Marketing
Produk AMD. “Cita-cita itu terdengar mirip dengan apa yang kini kita disebut
dengan cloud computing”. Para pakar komputasi lainnya juga memberikan
penambahan terhadap konsep ini, di antaranya John McCarthy yang menawarkan ide
mengenai jaringan komputasi yang akan menjadi infrastruktur publik, sama
seperti the service bureaus yang sudah ada sejak tahun ‘60-an.
Semenjak tahun ‘60-an, cloud computing
telah berkembang berdampingan dengan perkembangan Internet dan Web. Namun
karena terjadi perubahan teknologi bandwidth yang cukup besar pada tahun
1990-an, maka Internet lebih dulu berkembang dibanding cloud computing. Dan
kini teryata terlihat bahwa pendorong utama cloud computing adalah karena
adanya revolusi Internet. Salah satu batu loncatan yang cukup drastis adalah
dengan adanya Salesforce.com di tahun 1999, yang merupakan pencetus pertama
aplikasi perusahaan dijalankan melalui Internet. Perkembangan berikutnya adalah
adanya Amazon Web Services di tahun 2006, di mana dengan teknologi Elastic
Compute Cloud (EC2), terdapat situs layanan web yang di komersialkan yang
memungkinkan perusahaan kecil dan individu untuk menyewa komputer atau server,
agar dapat menjalankan aplikasi komputer mereka.
Batu
lompatan besar lainnya datang di tahun 2009 dengan Web 2.0 mencapai puncaknya.
Google dan lainnya memulai untuk menawarkan aplikasi browser-based untuk
perusahaan besar, seperti Google Apps. “Kontribusi yang paling penting dari komputasi
cloud adalah munculnya “killer apps” dari penguasa teknologi seperti Microsoft
dan Google. Ketika perusahaan tersebut mengirimkan layanan dalam bentuk yang
mudah untuk di konsumsi, efek penerimaannya menjadi sangat luas”, menurut Dan
Germain, Chief Technology IT provider Cobweb Solution. “Faktor utama lainnya
yang mempengaruhi berkembangnya komputasi cloud antara lain matangnya teknologi
visual, perkembangan universal banwidth berkecepatan tinggi, dan perangkat
lunak universal”, menurut Jamie Turner sang pelopor komputasi cloud. Turner
menambahkan, “cloud computing sudah menyebar luas hingga kepada para pengguna
Google Doc. Kita hanya dapat membayangkan betapa besarnya ruang lingkup yang
sudah di capai. Apa saja dapat di lakukan dan dikirimkan melalui cloud”.
Ketika
berbicara tentang sistem cloud computing, sistem ini terbagi menjadi dua
bagian: ujung depan dan ujung belakang. Mereka terhubung satu sama lain melalui
jaringan, biasanya adalah Internet. Ujung depan adalah sisi pengguna komputer
(user), atau klien (client), melihat. Bagian belakang adalah “cloud” bagian
dari sistem.
Ujung depan
termasuk komputer klien (atau jaringan komputer) dan aplikasi yang diperlukan
untuk mengakses sistem cloud
computing. Tidak semua sistem cloud computing memiliki antarmuka
pengguna yang sama. Layanan seperti Web-based e-mail program memanfaatkan
browser Web yang ada seperti Internet Explorer atau Firefox. Sistem lain
memiliki aplikasi unik yang menyediakan akses jaringan untuk klien.
Di
ujung belakang sistem adalah berbagai komputer, server dan sistem penyimpanan
data yang menciptakan “cloud” dari layanan komputasi. Secara teori, sebuah cloud computer system dapat
mencakup hampir semua program komputer yang dapat anda bayangkan, dari data
pengolahan hingga video game. Biasanya, setiap aplikasi akan memiliki
server khusus nya sendiri.
Sebuah
server pusat mengelola sistem, memantau lalu lintas dan permintaan client untuk
memastikan semuanya berjalan lancar. Sistem ini mengikuti seperangkat aturan
yang disebut protokol dan menggunakan jenis khusus dari perangkat lunak yang
disebut middleware. Middleware network memungkinkan komputer untuk
berkomunikasi satu sama lain. Sebagian besar, server tidak berjalan pada
kapasitas penuh. Itu berarti ada kekuatan pemrosesan yang hasil buangannya
tidak terpakai. Maka akan memerlukan sebuah cara. Teknik ini disebut
virtualisasi server. Dengan memaksimalkan output dari setiap server,
virtualisasi server mengurangi kebutuhan pada mesin dalam bekerja.
Sebagai suatu teknologi baru pasti
mengundang pro dan kontra, begitu juga dengan cloud computing. Pro
dan kontra tersebut terjadi karena tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan
yang ada dari system teknologi baru tersebut, berikut kelebihan dari Cloud
Computing:
a. Kemudahan Akses
Ini merupakan kelebihan yang paling
menonjol dari cloud computing, yaitu kemudahan akses. Jadi kita tidak perlu
berada pada suatu computer yg sama untuk melakukan suatu pekerjaan, karena
semua aplikasi dan data kita berada pada server cloud.
b. Fleksibilitas
Hampir sama seperti contoh di atas, data yg
kita perlukan tidak harus kita simpan di dalam harddisk atau storage computer
kita. Dimanapun kita berada, asalkan terkoneksi internet, kita bisa mengakses
data kita karena berada pada server cloud.
c. Penghematan (Tanpa investasi awal)
Pastinya dengan adanya cloud computing,
akan memungkinkan bagi perusahaan untuk mengurangi infrastruktur IT yang
pastinya memerlukan investasi yang besar, baik berupa investasi hardware,
software, maupun human resources nya.
d. Mengubah CAPEX Menjadi OPEX
CAPEX = Capital Expenditure (pengeluaran
modal), sedangkan OPEX = Operational Expenditure (pengeluaran modal). Seperti
kelebihan sebelumnya, ini masih seputar masalah keuangan. Jadi dengan menggunakan
teknologi cloud computer ini, kita tidak harus melakukan pengeluaran modal,
sebaliknya kita hanya melakukan pengeluaran operational.
e. Lentur dan Mudah Dikembangkan
Sesuai dengan salah 1 karakter cloud
computing yaitu Rapid Elasticity, maka ini juga merupakan salah 1 kelebihan
cloud computing. Jadi customer bisa dengan mudah menaikkan atau menurunkan
resource yang dipakai, dan ini akan mempengaruhi cost yang mereka keluarkan.
f.
Fokus pada bisnis bukan pada TI
Dengan mempercayakan semua pengelolaan seputar
IT pada cloud service provider, maka kita akan lebih focus pada bisnis kita
bukan pada pengelolaan IT nya.
Dengan
banyaknya kelebihan di atas Cloud Computing juga memeiliki kekurangan yaitu
ketergantungan akan koneksi Internet. Sehingga membutuhkan koneksi dengan
kecepatan yang tinggi agar dapat memanfaatkan(mengambil) file yang berukuran
besar.
V.
Kekurangan Cloud Computing
Merujuk
kepada (Robbins, 2009), resiko yang harus dihadapi user dalam penggunaan Cloud
Computing ini antara lain:
1.
Service level, artinya
kemungkinan service performance yang kurang konsisten dari provider.
Inkonsistensi cloud provider ini meliputi, data protection dan data recovery,
2.
Privacy, yang
berarti adanya resiko data user akan diakses oleh orang lain karena hosting
dilakukan secara bersamasama,
3.
Compliance, yang
mengacu pada resiko adanya penyimpangan level compliance dari provider terhadap
regulasi yang diterapkan oleh user,
4.
Data ownership
mengacu pada resiko kehilangan kepemilikan data begitu data disimpan dalam
cloud,
5.
Data mobility,
yang mengacu pada kemungkinan share data antar cloud service dan cara
memperoleh kembali data jika suatu saat user melakukan proses terminasi
terhadap layanan cloud Computing.
Beberapa pertimbangan lain yang menjadi resiko
Cloud Computing adalah:
·
Ketidakpastian kemampuan
penegakan kebijakan keamanan pada provider
·
Kurang memadainya
pelatihan dan audit TI
·
Patut dipertanyakan
kendali akses istimewa pada situs provider
·
Ketidakpastian kemampuan
untuk memulihkan data
·
Kedekatan data
pelanggan lain sehingga kemungkinan tertukar
·
Ketidakpastian kemampuan
untuk mengaudit operator
·
Ketidakpastian keberlanjutan
keberadaan provider
·
Ketidakpastian kepatuhan
provider terhadap peraturan.
DAFTAR PUSTAKA
E-Book: http://www.cloudindonesia.or.id/wp-content/uploads/2012/05/E-Book-Pengantar-Cloud-Computing-R1.pdf
http://pusatteknologi.com/pengertian-manfaat-cara-kerja-dan-contoh-cloud-computing.html
0 komentar :
Posting Komentar